Sejarah Singkat Cinema Digital
Sejarah perkembangan cinema pada awalnya bermula pada tahun 1895 oleh robet paul yang mempresentasikan tentang proyektor film. Dan pada 5 tahun kemudian cinema ini masuk ke hindia belanda termaksud Indonesia. Yang kemudian pada satu tahun kemudiannya muncul fenomena yang bernama layar tancap. Dan berdasarkan banyaknya penggemarnya maka dibuatlah cinema-cinema elit yang lebih memadai. Karena pada awalnya cinema masuk di Indonesia masuk hanya dengan gambarnya saja tanpa ada suaranya, yang kemudian masuknya film dengan suara dengan masih menggunakan proyektor untuk menampilkan filmnya. Yang sekarang cinema di Indonesia sudah banyak yang menggunakan teknologi 3D, yang akan kita bahas pada bagian bawah barikutnya.
Perkembangan Cinema
Di pandang dari alat-alat yang digunakan, pada perkembangan pertamanya cinema hanya menggunakan sebuah proyektor untuk memutar roll film yang berisikan cerita dari film tersebut, dan sebuah layar lebar berwarna putih yang digunakan untuk menangkap gambar yang di pantulkan dari proyektor, dan roll suara yang berguna untuk memutarkan suara dari film tersebut. Pertunjukan film yang seperti ini masih dapat kita nikmati hanya saja dengan menggunakan proyektor digital, dan dihubungkan dengan sebuah sebuah computer atau laptop yang digunakan untuk memutarkan film tersebut. Dan tentunya dengan hasil yang lebih bagus .
Dengan perkembanganya, muncullah cinema-cinema yang lebih baik dan lebih nyaman. Diikuti dengan perkembangannya itu cinema-cinema mucullah berbagai macam persaingan diantara prosuden-produsen perfilman. Mulai meningkatkan mulai kualitas gambar yang diberikan dan kualitas suara yang disajikan oleh para produsennya.
Perkembangan film kembali pesat pada masa-masa sekarang ini, yaitu dengan munculnya teknologi 3D yang banyak ditawarkan pada saat-saat ini. Penulis akan membahas tentang cara kerja 3D ini. Ada 4 cara kerja untuk menampilkan film 3D, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
1. XPAND
Teknologi ini dulunya bernama nuvision dan bekerja dengan sebuah lensa pengatur cahaya dan proyektor. Gambar diproyeksikan secara bergantian untuk mata kiri dan kanan.
Lensa pengatur cahaya yang dikendalikan melalui inframerah dan dioperasikan dengan baterai akan mengurangi cahaya pada masing-masing mata, terutama pada saat sebuah gambar tidak harus terlihat oleh mata tersebut. Lantaran bekerja tanpa polarisasi, teknologi ini dapat menggunakan jenis layar apa saja.
Kelebihan : Tidak pakai layar perak
Kekurangan : Kacamata mahal dan kepala tidak boleh miring
2. Real D
Proyektor akan menampilkan gambar secara bergantian melalui Z-Filter ke sebuah layar perak. Proyektor ini akan mengubah cahaya untuk masing-masing mata dengan menggunakan polarisasi sirkular. Kacamata hanya untuk melewatkan cahaya yang sesuai.
Kelebihan : Kepala boleh miring
Kekurangan : Memerlukan layar perak
3. Dolby 3D Digital Cinema
Sebuah color filter yang berputar akan mengganti panjang gelombang pada gambar-gambar yang diputar secara bergantian untuk masing-masing mata. Sebuah kacamata interferensi akan menyaring semua panjang gelombang, kecuali yang sengaja dihasilkan untuk masing-masing mata.
Kelebihan : Tidak harus menggunakan layar perak
Kekurangan : Perlengkapan mahal
4. Proyeksi ganda dengan polarisasi
Dua proyektor sekaligus, masing-masing untuk mata kiri dan kanan, akan mengirim cahaya dengan polarisasi berbeda secara bersamaan ke layar perak. Kacamata hanya untuk melewatkan gambar yang telah ditentukan untuk mata tersebut.
Kelebihan : Brightness tinggi
Kekurangan : Kepala tidak boleh miring
Kesimpulan:
Film dengan feature 3D memang tengah marak dan selalu ramai dibicarakan. Teknologi 3D memang masih mahal untuk home theater. Namun, begitu film-film 3D bermunculan dalam format Bluray, player yang dibutuhkan pun bakal terjangkau oleh pasar. Jadi, setiap orang dapat menikmati tayangan film 3D secara optimal di rumah.
Cara Kerja 3D :
Kacamata ini membuat gambar pada film bioskop dan televisi seperti adegan 3 dimensi yang terjadi tepat di depan anda. Dengan objek bergerak keluar masuk layar dan seolah menuju ke arah anda, dan tokoh jahat yang bergerak keluar untuk menangkap dan meraih tangan anda.
Kacamata 3D membuat anda merasa bagian dari adegan film, tidak hanya seseorang yang duduk disana menonton adegan tersebut. Mengingat alat ini mempunyai nilai entertainment yang tinggi, anda akan terkejut betapa sederhananya sebetulnya kacamata 3D ini.
Manusia lahir dengan dua buah mata dan sistem penglihatan binocular yang sangat luar biasa. Untuk objek dengan jarak lebih dari 20 kaki (6 - 7 meter), sistem binocular membuat kita mudah menetukan seberapa jauh jarak objek tersebut secara akurat. Sebagai contoh.
Jika ada beberapa objek di depan, kita akan dengan mudah mengetahui objek mana yang lebih jauh dan objek mana yang lebih dekat, serta seberapa jauhnya jarak objek tersebut dengan kita. Apabila anda melihat dunia dengan sebelah mata tertutup, anda akan tetap dapat memperkirakan jarak, namun keakuratan perkiraan jarak akan menurun.
Untuk melihat seberapa besar perbedaannya, mintalah seorang teman untuk melemparkan bola dan coba untuk menangkap bola tersebut sementara sebelah mata anda tertutup.
Juga coba pada ruangan yang sedikit cahaya atau pada malam hari. Pada kondisi ketersediaan cahaya sedikit, perbedaan akan semakin terlihat. Akan lebih sulit untuk menangkap bola hanya dengan sebelah mata terbuka di banding kedua mata terbuka.
Lakukan percobaan berikut :
Fokuskan pandangan anda pada gambar sebuah mata di bawah ini. Lalu taruh ibu jari didepan hidung anda menghalangi pandangan. Pandangan tetap fokus pada gambar mata tadi. Maka anda akan melihat gambar mata tersebut berada diantara dua ibu jari.
Dan jika fokus pandangan anda alihkan pada ibu jari anda, maka ibu jari anda berada di antara gambar dua mata. Jika hasil yang anda dapatkan seperti itu, maka sistem binocular anda masih berfungsi baik.
Sistem penglihatan binocular berdasarkan pada kenyataan bahwa dua mata kita terpisah dengan jarak 2 inchi (5 cm). Dengan demikian setiap mata melihat dunia dari perspektif yang sedikit berbeda, dan otak menggunakan perbedaan tersebut untuk menghitung jarak secara akurat.
Otak memiliki kemampuan untuk mengkorelasikan dan memperkirakan posisi, jarak, bahkan kecepatan suatu benda melalui data yang diperoleh dari sistem binocular mata.
Dalam menonton film 3D, alasan kenapa anda memakai kacamata 3D adalah untuk memberikan gambar yang berbeda pada mata. Layar sesungguhnya menampilkan dua gambar, dan kacamata menyebabkan satu gambar masuk ke satu mata dan gambar lainnya masuk ke mata yang satunya. Terdapat dua sistem umum yang digunakan.
1. Kacamata Merah-Hijau
2. Kacamata Merah-Biru
Sistem ini menggunakan kacamata berbeda warna. Merah/hijau atau yang lebih umum merah/biru. Pada film 3D, proyektor akan menampilkan dua jenis gambar sekaligus.
Filter pada kacamata memperbolehkan hanya satu jenis gambar yang masuk ke tiap-tiap mata, kemudian otak akan menyelesaikan sisanya. Sistem kacamata berbeda warna ini mempunyai kelemahan. Warna pada film tidak terlihat dengan baik, sehingga kualitas gambar yang terlihat kurang begitu baik.
Dan sebagai end user dari bidang produksi perfilman, penulis sudah cukup merasa kagum dengan perkembangan perfilman di Indonesia, walaupun masih menggunakan film-film dari luar untuk menikmati teknolgi 3D ini, tetapi disini kita sudah sangat terhibur. Semoga dikedepannya aka nada film 3D yang dibuat dan menggunakan cerita dari Indonesia.
Sumber: http://www.metrogaya.com/home/sejarah-hari-ini/sejarah-bioskop-di-indonesia
http://www.apakabardunia.com/post/teknologi/cara-kerja-kacamata-3d-dan-film-3d
Tidak ada komentar:
Posting Komentar